Tabel-Tabel Dasar
Tabel dasar disebut juga sebagai tabel
transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar
sektor-sektor ekonomi pada tahun 2010. Tabel dasar dapat digunakan untuk
keperluan analisis deskriptip, misalnya tentang struktur perekonomian, Nilai
Tambah Sektoral, pola distribusi barang dan jasa, struktur konsumsi dan
pembentukan modal, struktur ekspor dan impor, dan sebagainya. Dalam publikasi
ini disajikan 3 (tiga) jenis tabel dasar.
a. Tabel Transaksi atas dasar harga pembeli.
Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel
transaksi yang menggambarkan transaksi barang dan jasa atas dasar harga
pembelian, karena semua nilai transaksi antar sektor dinyatakan atas dasar
harga pembelian, yang mencakup margin perdagangan dan biaya transpor. Dalam penyusunan Tabel Input-Output tabel
transaksi yang pertama kali dibuat adalah atas dasar harga pembeli.
Tabel atas dasar harga pembeli ini berguna untuk melihat
transaksi pasar yang sebenarnya antar sektor-sektor ekonomi.
b. Tabel transaksi atas dasar harga produsen.
Tabel transaksi antar sektor disajikan berdasarkan harga pada
tingkat produsen. Dalam transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya
pengangkutan sudah dipisahkan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan
dan pengangkutan.
Tabel atas dasar harga produsen bermanfaat untuk melihat
hubungan yang bersifat langsung antar sektor tanpa dipengaruhi oleh adanya
margin perdagangan dan biaya transpor. Koefisien yang dimunculkan dari jenis
tabel ini banyak digunakan untuk berbagai kepentingan analisis ekonomi.
c.
Tabel transaksi domestik atas dasar
harga produsen.
Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen yang
dimaksudkan adalah nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang
hanya berasal dari produksi di Kabupaten Pemalang (komponen impornya sudah
dikeluarkan). Agar total input antara tetap dipertahankan sama, maka komponen
impor sebagai bagian dari input antara yang telah dikeluarkan dari
masing-masing selnya ditampung dalam satu sel tersendiri (vektor baris, kode
200).
Kegunaan dari tabel transaksi domestik atas dasar harga
produsen ini untuk melihat hubungan langsung antara sektor yang menghasilkan
produksi di Kabupaten Pemalang dengan sektor yang menggunakan tanpa dipengaruhi
produksi dari impor/luar . Koefisien teknis yang diturunkan dari tabel tersebut
memberikan informasi bahwa setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung
pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri.
TABEL-TABEL ANALISIS.
Tabel analisis yang disajikan dalam
publikasi ini merupakan penurunan dari tabel-tabel dasar yang menghasilkan
tabel koefisien input dan matriks kebalikan.
a.
Tabel
koefisien input.
Tabel koefisien input diperoleh dari tabel dasar dengan cara
membagi semua input (input antara dan input primer) masing-masing sektor
produksi dengan total inputnya (kode 210). Untuk permintaan akhir, semua
sel-sel disepanjang kolom dibagi dengan isian pada kolom penjumlahan (kode
190). Tabel koefisien input ini akan memberikan kemudahan untuk melihat
struktur input dan peranan tiap-tiap sektor dalam pembentukan output suatu
sektor.
b. Matriks
kebalikan atas dasar harga produsen (I-A)-1.
Matriks kebalikan atas dasar harga produsen, (I-A)-1,
diturunkan dari koefisien input antara yang isian selnya aij diperoleh dari
xij/xj. Dimana xij adalah besarnya input sektor ke j yang berasal dari output
sektor i, sedangkan xj adalah output sektor ke j. Berdasarkan matriks A dapat
dihitung matriks kebalikan (I-A)-1. Matriks kebalikan tersebut dalam model
input-output merupakan kerangka dasar analisis untuk mengukur besarnya pengaruh
permintaan akhir (konsumsi, pembentukan modal dan ekspor) terhadap output
masing-masing sektor dengan rumusan :
X
= (I-A)-1 (F-M)
dimana : X = Matriks output sektoral
I = Matriks identitas
A = Matriks koefisien input antara
F = Matriks permintaan antara
M = Matriks impor
Manfaat lain dari matriks kebalikan
ini dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor serta daya
penyebaran dan derajat kepekaannya (backward and forward linkages analysis).
c.
Matriks
kebalikan domestik atas dasar harga produsen (I-Ad)-1.
Matriks yang disajikan pada butir b masih mengandung komponen
impor, karena matriks A mencakup juga koefisien input yang berasal dari impor
(F) sehingga untuk mengukur ketepatan pengaruh terhadap output Kabupaten
Pemalang, maka permintaan akhir harus dikurangi impor. Dengan demikian maktriks
(I-Ad)-1 tidak mengandung komponen impor yang berasal dari luar /negeri sebab matriks
Ad hanya mencakup koefisien input antara domestik.
Oleh karena itu formula yang menghubungkan output dan
permintaan akhir mengalami perubahan menjadi :
X = (I-Ad)-1 Fd
dimana :
Ad = Matriks
koefisien input domestik
Fd = Matriks
permintaan akhir yang hanya mencakup produksi dalam negeri saja.
Informasi dari (I-Ad)-1 mempunyai
kelebihan dibanding dengan (I-A)-1 karena angka pengganda (multiplier) dalam
matriks tersebut mempunyai kaitan langsung dengan kenaikan output masing-masing
sektor.
Secara keseluruhan Tabel Input-Output
yang disajikan adalah sebagai berikut:
a. Tabel
Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli.
b. Tabel
Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen.
c. Tabel
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen.
d. Tabel
Koefisien Input Total Atas Dasar Harga Pembeli.
e. Tabel
Koefisien Input Total Atas Dasar Harga Produsen.
f. Tabel
Koefisien Input Domestik Atas Dasar Harga Produsen.
g. Matriks
Kebalikan Output Total Dihitung Dari Transaksi Atas Dasar
Harga Produsen (I -
A)-1.
DAYA
PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN
Dalam suatu
proses produksi, misalnya Industri pakaian jadi, memerlukan bahan baku, bahan
penolong, jasa-jasa dan sebagainya untuk menghasilkan pakaian jadi sebagai
output. Dalam proses produksi juga memerlukan tenaga kerja, mesin-mesin dan
peralatan lainnya. Apabila permintaan akan pakaian jadi terjadi peningkatan,
maka untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan harus meningkatkan output. Untuk
tahap awal bagi perusahaan tersebut akan meningkatkan input, yang mana input
tersebut dapat dipenuhi dari sektor Industri tekstil, sedangkan dari sektor
Industri tekstil akan meningkatkan output guna memenuhi permintaan tersebut,
berarti akan ada peningkatan input untuk memproduksi tekstil. Pengaruh tersebut
juga akan meningkatkan kegiatan perekonomian yang lainnya.
Proses
tersebut di atas mencirikan adanya dampak yang berkelanjutan sebagai
pengaruh adanya perubahan permintaan.
Daya Penyebaran (DP)
Suatu sektor
dikatakan mempunyai DP yang tinggi jika pertumbuhan sektor-sektor tersebut
mempengaruhi sektor-sektor lainnya, sehingga dapat pula disebut besarnya dampak
total dari satu unit permintaan akhir domestik (Fd) suatu sektor
terhadap pertumbuhan sektor ekonomi. Dari tabel 11 (Tabel DP dan DK) dapat
diketahui bahwa kegiatan Industri Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki (22)
mempunyai Daya penyebaran yang tinggi yaitu sebesar 2,0465. Angka tersebut
memberi makna bahwa kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir sektor Industri Pakaian
Jadi, Kulit dan Alas Kaki akan mengakibatkan kenaikan output seluruh sektor
(total sektor 1, 2, 3, …, 40) sebesar 2,0465 unit dengan rincian sebagai
berikut :
- Dampak langsung atas satu unit Fd
sektor Industri Pakaian jadi, Kulit dan Alas Kaki (22) terhadap sektor yang
bersangkutan sebesar 1,2433 (Tabel 8 kolom 22 baris 22).
- Dampak tidak langsung atas satu
unit Fd
sektor terhadap output sektor-sektor
lainnya sebesar 2,0465 - 1,2433 = 0,8032.
Suatu sektor dikatakan peka apabila mempunyai reaksi yang cepat
terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Apabila pertumbuhan ekonomi cepat,
maka sektor tersebut juga akan tumbuh dengan cepat. Untuk mendapatkan koefisien
daya penyebaran menggunakan rumusan sebagai berikut :
Derajat
Kepekaan (DK)
Derajat
kepekaan merupakan suatu ukuran yang memperlihatkan besarnya output yang harus
disediakan oleh suatu sektor untuk satu unit permintaan akhir terhadap sektor
perekonomian. Dalam pemakaiannya derajat kepekaan (DK) digunakan untuk melihat
keterkaitan kedepan (forward linkages). Dalam penyusunan Tabel Input-Output 2010,
gambaran derajat kepekaan sektor ekonomi seperti yang ditunjukan pada tabel 11,
bahwa kegiatan sektor Perdagangan (27) mempunyai derajat kepekaan (DK) terbesar
yaitu sebesar 3,0238
Koefisien
yang ditunjukan oleh DP sebagai
pengaruh tingkat keterkaitan kebelakang (backword linkages) apabila > 1
memberi makna penyebaran sektor j relatif lebih tinggi dibandingkan
sektor-sektor lainnya, Koefisien DK sebagai
koefisien mempunyai tingkat pengaruh keterkaitan kedepan (forward linkages),
apabila nilai DK > 1 artinya derajat kepekaan sektor i
relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
Apabila suatu sektor mempunyai koefisien DP dan DK yang tinggi
mempunyai arti bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan (leading sektor)
karena mempunyai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang tinggi, dan disamping
itu dampak kenaikan output harus diikuti oleh kenaikan nilai tambah yang
memadai.
Teknik Penyesuaian (Miscellanceous
Adjustment Techniques)
Inti dari
teknik ini adalah bahwa wujud suatu sektor nasional lebih bersifat heterogen
dibandingkan dengan ekivalen sektor lokal. Bagi regional hal tersebut tidak
menguntungkan apabila semua sub sektor dari nasional yang dibatasi dianggap
dapat mewakili kepentingan regional karena dengan demikian baris dari matriks
nasional yang menghubungkan sektor-sektor tidak dapat terlihat pada tabel
regional.
METODE RAS
Metode RAS
pertama kali diperkenalkan oleh R. Stone, yaitu suatu metode/cara yang mencari
satu set bilangan pengganda baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks
kuadran II yang baru. Apabila matriks A adalah matriks koefisien input yang
berasal dari kuadran II, dan aij adalah
sel-sel matriks, maka aij tersebut terbentuk
dari dua macam pengaruh :
a. pengaruh substitusi, yaitu seberapa jauh
komoditi i dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi.
b. pengaruh
pabrikasi, yaitu antara lain seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input
antara dari jumlah input yang tersedia.
Pengganda
substitusi bekerja di sepanjang baris i, dan besarnya sangat dipengaruhi oleh
besarnya jumlah permintaan antara sektor i.
Pengganda
pabrikasi bekerja di sepanjang kolom j, dan besarnya sangat dipengaruhi oleh
jumlah input antara yang digunakan oleh sektor j. Apabila pengganda substitusi
diberi notasi r dan pengganda pabrikasi diberi notasi s, sedangkan Ao adalah
matriks koefisien input nasional maka koefisien input regional adalah :
At = r Ao s
Untuk
selanjutnya rumus di atas disebut RAS
Dalam hal
ini r dan s adalah vektor matriks yang masing-masing merupakan diagonal. Untuk
dapat menghitung besar vektor r dan s, terlebih dahulu harus dihitung jumlah
permintaan antara masing-masing sektor (180i) dan jumlah input antara masing-masing
sektor (190j).
METODE MODIFIED RAS
Angka-angka
di dalam kuadran II yang dihasilkan dari metode RAS, sepenuhnya diperoleh dari
matriks A0 dan pengaruh angka-angka pengganda baris dan
kolom seperti telah diuraikan sebelumnya. Yang menjadi persoalan adalah apakah
angka-angka yang dihasilkan tersebut sudah cukup akurat, teliti dan mampu
menggambarkan keadaan sebenarnya suatu regional.
Suatu
perkiraan sudah barang tentu akan mengalami ketidaktepatan, apabila diingat
bahwa hubungan antarindustri yang digambarkan oleh matriks di kuadran II, bukan
saja dipengaruhi oleh faktor teknis berupa angka substitusi dan pabrikasi,
tetapi juga oleh kejadian-kejadian sosial dan ekonomi yang bersifat non-teknis.
Kedua angka pengganda bekerja dengan cara proporsional terhadap semua angka di
sepanjang baris dan kolom tanpa pertimbangan lain, walaupun dilakukan melalui
proses komputer yang tentunya memberikan hasil yang lebih tepat dan cepat.
Tabel
Input-Output regional, semula disusun dengan menggunakan metode RAS. Dari
pengamatan terhadap angka-angka di kuadran II yang dihasilkannya ternyata
muncul beberapa kejanggalan, seperti contoh berikut ini. Output dari industri
perbengkelan kereta api seluruhnya merupakan input antara dari sektor angkutan
kereta api, sehingga seharusnya tanpa pengaruh substitusi atau pabrikasi
angkanya langsung dipakai. Tetapi akibat pengaruh metode RAS, angka akhir
selalu berbeda antara supply dan demandnya. Contoh lainnya, minyak mentah yang
dialokasikan untuk input antara industri pengilangan minyak, angkanya terlalu
besar dibandingkan seluruh input antara industri pengilangan tersebut. Masih
banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang ditemui seperti pada industri
kendaraan bermotor, bangunan tempat tinggal, angkutan udara dan sebagainya.
Untuk
mereduksi kejanggalan-kejanggalan seperti disebutkan di atas, maka harus
dilakukan pengisian angka pada sel-sel tertentu di kuadran II. Angka-angka pada
sel-sel terpilih tersebut diperkirakan secara tersendiri dan didasarkan pada
data dan informasi yang tersedia di wilayah (regional). Angka-angka pilihan ini
tidak diikutsertakan dalam proses RAS, dan besarnya tetap sama hingga proses
RAS selesai dikerjakan. Metode RAS dengan mengetahui terlebih dahulu beberapa
angka pada kuadaran II, selanjutnya disebut Metode Modified RAS.
Pada Tabel
Input-Output Regional, angka-angka yang dimasukkan pada kuadran II adalah angka
untuk beberapa sektor kunci khususnya yang menggunakan bahan baku tertentu
seperti : padi untuk industri penggilingan beras, gandum untuk industri tepung
terigu, kapas untuk industri pemintalan benang, minyak mentah untuk industri
pengilangan, besi dan baja untuk industri besi dan baja, komponen mesin untuk
industri mesin dan sebagainya.
Dalam proses
penghitungan dengan menggunakan Metode Modified RAS, semua sel terpilih tidak
diproses dan diberikan nilai nol, sehingga jumlah input antara dan jumlah
permintaan antara pada masing-masing kolom dan baris akan berkurang sebesar
nilai sel terpilih tadi. Proses penyusunan kuadran II untuk selanjutnya sama
dengan proses penggunaan metode RAS. Setelah proses RAS selesai dilakukan, maka
sel-sel pilihan yang bernilai 0 tadi diganti dengan nilai perkiraan yang
sebenarnya.
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
Tabel
input-output adalah suatu sistim data yang menggambarkan transaksi antar
sektor, baik yang bersifat pendistribusian output masing-masing sektor kepada
sektor lain maupun struktur input dari masing-masing sektor.
Penyusunan
suatu Tabel Input-Output dari segi penyediaan data, dilakukan dengan menyusun
struktur input dari masing-masing sektor, sedangkan alokasi atau
pendistribusian output akan terjadi dengan sendirinya apabila penyusunan
struktur input telah selesai secara lengkap.
Dalam
mengestimasi struktur input masing-masing sektor untuk Model Tabel Input-Output
Kabupaten Pemalang ini merupakan kombinasi antara teknik survei dan sebagian
digunakan koefisien input yang diturunkan dari Tabel Input-Output Jawa Tengah
Tahun 2008. Dengan mengalikan output dengan masing-masing koefisien inputnya,
maka akan diperoleh struktur inputnya.
Permintaan
akhir yang dicerminkan dalam kuadran tersendiri disusun berdasarkan struktur
yang ada dalam sektor yang bersesuaian, seperti konsumsi rumahtangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal dan perubahan stok. Untuk ekspor dan impor
memerlukan perlakuan khusus, maka akan dijelaskan dalam subbab tersendiri.
Data pada
kuadran I dan kuadran II tersebut diperoleh dengan jalan mengolah data Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Pemalang Tahun 2010 dan disajikan dalam
bentuk data pada tingkat harga produsen. Penyajian data pada tingkat harga
produsen selain membantu di dalam efisiensi pengumpulan data juga secara
analitis akan lebih baik dalam melakukan penganaliasaan.
Di dalam
pengolahan data, metode yang diterapkan untuk menyeimbangkan sel-sel data
tersebut adalah dengan menggunakan Metode RAS, seperti yang dijelaskan pada bab
sebelumnya. Perlu ditambahkan bahwa Nilai Output dan Nilai Tambah sektoral
untuk Kabupaten Pemalang serta nilai
total Konsumsi Rumahtangga, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal, Perubahan
Stok diperoleh dari hasil penyusunan PDRB Kabupaten Pemalang baik sektoral
maupun penggunaan tahun 2010.
PERLAKUAN TERHADAP EKSPOR DAN IMPOR
Sesuai
dengan karakteristik regional, penyusunan ekspor dan impor pada tingkat kabupaten
tidak dapat diperlakukan seperti pada Tabel Input-Output Nasional. Pada Tabel
input-output Nasional ekspor dan impor barang dan jasa dari dan ke luar negeri,
tetapi dalam penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten Pemalang memuat hal-hal
yang lebih kompleks.
Dari segi
penyediaan data ekspor digolongkan menjadi ekspor antar pulau, ekspor antar
darat, dan ekspor luar negeri. Sama halnya untuk kegiatan impor. Data yang
digunakan dalam penyusunan ekspor dan impor bersumber dari laporan ekspor impor
Kabupaten Pemalang, dan laporan lainnya. Khusus untuk ekspor dan impor melalui
darat, seperti ekspor dan impor barang dan jasa dari dan ke Pemalang, Tegal,
Purbalingga dan Pekalongan, menggunakan pendekatan penyeimbangan antara penyediaan
(supply) dan permintaan (demand) sebagai syarat dalam penyusunan Tabel
Input-Output suatu daerah.